Jumat, 11 Mei 2018

Tips hidup di Malaysia

Hai haiii....
Bagi kamu mahasiswa yang kuliah di Malaysia, atau bagi kamu yang sekedar berlibur ke Malaysia, pernah ga sih ngerasa keluarain RM 100 itu mudah banget, tapi kalau di Indonesia keluarin duit Rp. 300k itu mikir2 dulu,
Naah ini beberapa tips buat kamu WNI yang berada diMalaysia, siapa tau bisa berguan buat kamu kamu kamu 🤗🤗😍
1. Kenapa sih aku kalau makan diwarung2 Malaysia dengan jumlah RM 10 ngerasa ga mahal, padahal kalau ngikutin kurs sekarang itu setara dengan Rp.35k, naah di Indonesia udah bisa makan mewah itu. Dan hal kecil seperti itu bisa bikin lupa dan tiba2 duit kamu udah habis aja. Bagi kamu yang punya masalah disini, aku saranin buat download aplikasi kurs (money currency), jadi setiap kamu ragu ingin membeli, kamu bisa cek dulu kurs nya, kalau di Indonesia itu kira2 beraan, kalau misalnya terlalu mahal, kamu bisa cari alternatif yang lebih murah lagi,

Jumat, 20 April 2018

Memilih jurusan yang sesuai?

Dear teman2 SMA kelas 9,
Selamat karena kalian sudah melewati 3 tahun yang luar biasa beserta serangkaian ujian2 yang disediakan oleh Negara dan sekolah.
Selamat juga karna sebentar lagi kalian akan menjadi mahasiswa, itu artinya umur kalian semakin matang untuk memilih jalan kalian. Yang aku maksud jalan disini adalah, kemana arah dan tujuan kalian setelah tamat SMA. Jika pada saat tamat SD dan SMP tujuan sudah jelas, yaitu melanjutkan ketingkat selanjutnya. Namun sekarang begitu banyak pilihan, bekerja? Kuliah? Menikah? Atau apapun pilihan2 yang lain.

Aku sedikit ingin berpesan kepada teman2 semua. Berpikir cerdas serta matanglah kalian dalam memilih jurusan untuk kuliah.
Kenapa?
Karena inilah jalan kalian sesungguhnya. Jangan memilih jurusan karena ikut2an teman bahkan jangan sekali2 memilih jurusan dengan alasan "yang penting kuliah".
Dengan beberapa pertimbangan akan aku ceritakan sedikit pengalaman. Tidak sedikit teman2 yang terpaksa mengambil jurusan kesehatan seperti (bidan, perawat, dll) karena tidak lulus masuk kedokteran di kampus negeri, namun tidak memiliki biaya untuk kuliah dikampus kedokteran swasta, dan pada akhirnya jurusan2 yang lain menjadi sasaran dan kemudian semangat belajar yang menjadi ogah2an (INI SANGAT FAKTA). Hal ini tidak saja berlaku pada jurusan kesehatan, namun juga jurusan2 lain yang memang memiliki passing grade yang lumayan tinggi.

Selanjutnya... tidak sedikit teman2 yang tidak mengetahui jurusan yang akan dimasukinya karena itu merupakan pilihan kedua atau bahkan pilihan ketiga, sehinga setelah masuk kuliah malah kaget dan tidak siap dengan pelajaran yang disajikan.

Itu hanya beberapa contoh problema pada saat awal kuliah.

Yang perlu digaris bawahi, kalian harus tau jurusan yang akan kalian pilih, baik itu pilihan pertama, kedua atau bahkan ketiga. Serta yang tidak kalah penting adalah bagaimana prospek jurusan kalian didunia kerja?. Saya kasi beberapa contoh,
"Saya ingin mengambil S1 Psikologi, sehingga nanti tamat S1 saya bisa menjadi psikolog". karena seiring berjalan waktu, berbagai bidang juga menibgkatkan tafar pendidikan.

Contoh lagi,
"Aku sebenarnya kurang tau tentang jurusan ini, ternyata susah, bahkan ini jurusan tersusah se-kampus, untuk lulus saja susah apa lagi untuk mencari kerja". Lalu? Ga mungkinkan Kamu mau pindah jurusan saat sudah skripsian? Jangan bandingkan jurusan kamu dengan jurusan apapun. Karena masing2 jurusan memiliki taraf kesulitan tersendiri. Jangan juga suruh teman2 kamu berada diposisi kamu. Cukup syukuri jurusan kamu sekarang, dalmi soft skill dan tingkatkan keahlian berkimunikasi.

Jadi... yang dapat aku simpulkan adalah, konsultasikan pilihan kamu kepada orang2 yang lebih berpengalaman, seperti guru, orangtua, senior, serta membaca literatur2 tentang prospek jurusan kamu.

Semangat teman2 generasi harapan bangsa. Bikin Indonesia bangga pada kalian 😊

Rabu, 22 November 2017

Menjadi pendidik ataupun terapis

Nanti, jika kamu sudah bekerja, cobalah kembali berkaca.
Apakah sudah pantas kamu terima gaji dengan apa yang kamu lakukan?
Nanti, jika kamu seorang pendidik, tanya kembali diri kamu, sudahkah pantas kamu menerima gaji segitu dengan apa yang sudah kamu beri pada anak didikmu?
Tanya kembali pada diri, sudahkah anak didik pantas menerima ilmu segitu dengan bayaran sekian?
Nanti, jika kamu seorang terapis, tanya kembali diri kamu. Sudahkah pantas pasien membayar dengan terapi yang segitu?
Tanya kembali pada diri, sudahkah pasien puas dengan terapi yang diberikan?

Hari ini kamu ingat, tapi apa nanti kamu masi ingat? Tanya kembali pada dirimu.

#kpjuc22112017

Sabtu, 13 Mei 2017

Tanpa bantal dan selimut di negeri Jiran

Flash back sebentar di masa-masa pertama kuliah di Malaysia.
Aku bahkan tidak mengenal satu orang-pun dikampus ini.
Tapi aku punya modal berani,
Sebulan pertama aku memang tinggal diasrama karna itu pilihan paling aman dan sangat susah mencari rumah sewa disekitar kampus dan belum ada yang aku kenali.
Sebelum berangkat, aku sudah siap-siap bertanya apa saja peralatan yang perlu aku bawa untuk tinggal diasrama, pihak kampus yang aku hubungi hanya menjawab bawa keperluan biasa kaya tinggal diasrama.
Dengan kata-kata itu aku mulai berpedoman dengan biaya asrama kala itu RM 500 (Rp.1.600.000) sebulan. Bahkan aku membayangkan kamar ber-AC.
Sampai di Malaysia, aku dijemput pihak kampus dan langsung diantar ke asrama. Ternyata asrama nya seperti apartemen. Rumah dengan 3 kamar tidur dan 3 kamar mandi. Khusus untuk mahasiswa Internasional mereka menyediakan satu kamar untuk satu orang, sedangkan untuk mahasiswa lokal mereka menyediakan satu kamar untuk 2-3 orang.
Namun ternyata asrama tidak seperti yang ada dipikiranku. Aku hanya melihat tempat tidur dengan kasur, lemari dan meja belajar yang ada didalam kamar. Kemudian aku membujuk diriku untuk berpikir positif, mungkin mereka menaruh bantal, seprei, selimut dan setrika didalam lemari. Nihil! Didalam lemari bahkan tidak ada apa-apa.
Kemudian aku kembali membujuk diriku, tenang, mungkin mereka lupa menaruh bantal, masih ada bantal boneka untuk tidur malam ini.
2 minggu aku tidur menggunakan bantal boneka dan kain pantai dengan cuaca yang cukup dingin. Akhirnya aku bertanya kepada pihak kampus, kenapa tidak ada bantal, dan pihak kampus dengan santai menjawab, asrama kita memang tidak menyediakan bantal. Aku tidak tau wajar atau tidak untuk gondok dalam hati. Tidak mungkin aku membawa batal dari Indonesia, kan?
Pada akhirnya memang klinik kampus meminjamkanku bantal dan juga selimut.
Kesal, kenapa dengan biaya segitu namun fasilitas begitu.

*bersambung....

Kamis, 27 April 2017

Hai

senyum tipis itu tampak sinis,

rasa ingin mengejar bayang dari layar datar didepan mata

tak perlu selalu berdiri begitu

berdoabisa kapan saja

kenapa tak tadahkan tangan saja

terlalu tinggi hati untukmengaku rendah

padahal rendah dalam hina

hina akibat tak peka

peka lah duhai waktu

bukankah kau yangmenghantarku berjalan sejauh ini

hai layar datarku

tak inginkah kau berdering sekejab?

deringkan nada diam 

supaya tak satupun tahu rahasiamu

akanku simpan kau dalam ranselku nanti

sehingga aku tak melihat kau berkelip

aku ada diputar 24 jam

bila kau ingin singgah mungkin aku tengah menarik layar datarku lagi keatas

bila aku menarik layar datarku kebawah mungkin aku harus berehat

bila aku tutup mukaku dengan bantal mungkin aku tengah menjerit

biaaku tertunduk mungkin air mataku tenah jatuh 

tak mengapa datang karna kita akan belajar bersama

belajar didepan kotak biru muda atau bertemu dilayar putih


Selasa, 04 April 2017

😊

Oke!
Kali ini kenapa tidak mencoba menjadi bermanfaat buat orang lain ya.

Bagi teman" fisioterapi yang ingin melanjutkan kuliah s2 saya akan berbagi info s2 fisio yang ada di Malaysia,

Di Malaysia ada 2 sistem, Coursework (Sistemnya Kuliah biasa) dan  Research (Penelitian)

yang coursework (peminatan Musculo) bisa lihat di:
UiTM : https://ipsis.uitm.edu.my/…/coursew…/8-coursework-programmes

dan yang research ada 2 pilihan Univ:
1. UiTM :https://ipsis.uitm.edu.my/…/…/research/9-research-programmes

2. KPJUC : https://www.kpjuc.edu.my/…/school…/master-of-physiotherapy/…

Semoga bermanfaat 😊

Senin, 03 April 2017

Tersenyum

Aku mahasiswa s2 yang sebelum ini pernah bekerja part time dengan visit kerumah pasien. Menurutku dengan pendapatan yang lumayan dengan hampir 2x lipat UMR daerahku.
Ada dua perasaan yang susah untuk dijelaskan saat aku memilih melanjutkan belajar.
1. Sangat dibutuhkannya s2 fisioterapi linier di Indonesia
2. Penghasilan gak ada karna fokus kuliah, dan aku harus menerima uang dari orang tua dengan jumlah yang lebih banyak dari waktu s1
Bimbang dengan s2 ini membuatku bertanya pada banyak orang, apa yang seharusnya aku lakukan,
Last, aku pilih lanjut kuliah dengan berangkat seorang diri. Bahkan orang tuaku tak pernah ke Malaysia.
Bermodalkan kepercayaan pada pihak kampus akupun di jemput dan tinggal di asrama kampus, tanpa Indonesia.
Aku memang menyukai bertemu hal baru, tapi ini memang terlalu baru dengan gelar negara tetangga.
Perlahan mengenal kampus beserta isinya, akupun mulai berpindah tempat tinggal mencari tempat yang paling murah.
Aku baru melewati satu ujian dan masi harus melewati 3 ujian lagi. Mereka selalu berkata "mumpung masi disini, pergi lah jalan2" itu kata-kata yang ingin aku jelaskan kesemua orang, aku bahkan menjimat uangku supaya bisa bertahan lebih lama. Kedekut sekali aku, tak apa sekarang mereka menganggapku begitu.
Aku bahkan mencari part time untuk sekedar menambah uang membeli bahan makan. Belum lagi kalau bahan masakan sudah habis dan harus pergi belanja jauh, dan harus keluarkan uang (lagi).
Sekarang, hidup pandai-pandai aja, atur uang sendiri dan kalau uang kurang pandai-pandai menutupi kekurangannya.
Wahai masa depan, Kalau boleh aku mendapat suksesmu nanti. Aku ingin mereka bangga memiliki aku, aku ingin menjadi bermanfaat bagi mereka.
Curhat yang panjang,
Semoga aku selalu tersenyum bersama impian dan masa depan 😊